Lihat Rekam Jejak, jangan Lihat Penampilan sesaat
Friday, March 28, 2014
Ada dua peristiwa yang disikapi berbeda oleh Rasulullah saw;
      
      Pertama saat setan yang berpura-pura menjadi manusia berpesan kepada      Abu Hurairah (dalam sebuah hadits panjang riwayat Bukhari) untuk      membaca ayat Kursi sebelum tidur agar selalu dijaga Allah dan tidak      diganggu setan. Maka ketika mendengar berita tersebut, Rasulullah      saw bersabda,
      
      صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ
      
      "Dia telah benar kepadamu sedangkan dia adalah pendusta. Dia adalah      setan." (HR. Bukhari)
      
      Peristiwa lain terjadi menjelang Fathu Makkah (Penaklukan kota      Mekah). Rasulullah saw telah mempersiapkan matang, namun beliau      berupaya merahasiakan rencana tersebut agar tidak diketahui kaum      kafir Quraisy Mekah. Siapa nyana, seorang shahabat membocorkan      rencana tersebut dengan mengirim surat kepada keluarganya yang masih      berada di Mekah melalui kurir seorang wanita. Singkat cerita rencana      tersebut tercium oleh Rasulullah saw, wanita tersebut dicegat dan      akhirnya diketahui bahwa dia diperintahkan oleh Hatib bin Abi      Balta'ah. Beliau segera di interogasi. Rupanya dia beralasan karena      khawatir dengan keluarganya kalau-kalau terjadi pertumpahan darah,      maka keluarganya cepat berlindung, sebab keluarganya bukan dari suku      besar yang dapt melindunginya.
      
      Pelanggaran berat! Umar minta izin kepada Rasulullah saw untuk      membunuhnya sebagai pengkhianat! Namun apa jawab Rasulullah saw….?
      
      Beliau berkata,
      
      وَمَا يُدْرِيك يَا عُمَرُ لَعَلّ اللّهَ قَدْ اطّلَعَ إلَى أَصْحَابِ      بَدْرٍ يَوْمَ بَدْرٍ فَقَالَ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ، فَقَدْ غَفَرْت      لَكُمْ
      
      "Tidakkah kau tahu wahai Umar, Allah telah menyatakan untuk ahli      Badar saat perang Badar dengan berfirman, 'Perbuatlah sesuka kalian,      sungguh Aku telah ampuni kalian.' " (Lihat sirah Ibnu Hisyam, 2/398,      Maktabah Syamilah)
      
      Pelajaran berharga dari dua peristiwa di atas adalah bahwa      memberikan penilaian terhadap seseorang (atau institusi) tidak cukup      hanya mengandalkan satu dua kejadian yang tampak sekilas. Tapi harus      dilihat track record (rekam jejak)nya.
      
      Seseorang yang track recordnya buruk, boleh jadi satu dua kali      melakukan kebaikan, jangan langsung kita anggap bahwa dia adalah      pionir kebaikan, apalagi pahlawan yang dipuja-puja, namun juga      kebaikannya ketika itu tidak perlu diingkari. Sebagaimana Rasulullah      saw tidak mengingkari kebenaran yang dibawa oleh setan saat dia      mengajarkan ayat Kursy kepada Abu Hurairah ra. Maka, beliau katakan      bahwa setan itu benar, tapi dia tetaplah makhluk pendusta      berdasarkan rekam jejaknya.
      
      Sebaliknya, seseorang yang track recordnya baik, boleh jadi suatu      saat melakukan kekhilafan, kesalahan atau pelanggaran. Jangan      kemudian keburukan itu yang selalu kita semati kepadanya, meskipun      tidak kita ingkari keburukan yang dia lakukan saat itu. Sahabat yang      ikut perang Badar (Ahlu Badr) memiliki kedudukan tinggi, namun boleh      jadi dia suatu saat melakukan kesalahan. Hatib bin Abi Balta'ah      adalah Ahlu Badr yang melakukan kesalahan. Rasulullah saw tetap      nyatakan bersalah, namun beliau tetap tidak melupakan rekam jejaknya      sebagai seorang pejuang mulia.
      
      Semoga kita pandai meneladani jejak Rasulullah saw, tidak hanya      dalam shalat dan puasanya, tapi juga dalam sikap dan pandangannya.
      
      Wallahua'lam.
      
      Taujih Ust. Abdullah Haidir 
      
  http://www.pks-bekasi.org/2014/03/lihat-rekam-jejak-jangan-beri-penilaian.html